Begini, hatiku sudah tak lagi cantik.
Beberapa kali ia jatuh di tangan yang salah. Mereka tak menjaganya dengan baik. Ada beberapa goresan di sana sini. Warnanya juga tak lagi merah segar. Ada banyak sisi yang tampak biru lebam. Ada yang pernah memegangnya dengan ceroboh.
Diam saja walaupun hatiku terhentak dengan keras, hingga memarnya mustahil hilang tanpa bekas. Ia juga beberapa kali patah. Ada yang dengan sengaja membantingnya hingga terbelah jadi dua. Yang ini membuatku hampir kehabisan darah.
Tunggu dulu, itu bukan yang paling parah. Karena ada yang dengan wajah dingin, menginjaknya hingga hancur tak berbentuk. Aku tak lagi merasakan air asin yang meleleh hingga sudut bibir saat memunguti pecahannya. Aku memang berhasil menyatukan potongan-potongannya kembali. Jangan tanya berapa lamanya. Aku dengan sengaja tak menghitung hari, aku tak ingin gila. Bentuknya tak lagi sempurna, tapi sudah tak kutemukan lagi sisa pecahannya.
Mungkin tak terlihat karena terlalu kecil, atau bisa saja masih tersangkut di sepatunya. Aku tak tahu.
Aku tak memaksamu untuk paham. Dengan kondisi seberantakan ini, aku tak sepeka dulu dalam menangkap rasa.
Aku tak bisa secepat dulu mengartikan emosi. Ini cinta, atau hanya kagum semata. Ini rindu, atau sekedar ingin bercumbu. Aku kesulitan membedakan. Kondisinya tak memungkinkan untuk jatuh cinta secepat itu.
Sebelum memutuskan untuk tinggal, pikirkan baik-baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar