Minggu, 26 April 2015

Mencintai Perempuan yang Gemar Menulis

Mencintai perempuan yang gemar menulis

Kau akan tahu

Kau harus bersikap lebih manis

Karena kata-kata baginya adalah candu

Serupa rindu yang mampu ia genggam berlama-lamanya waktu.

Mencintai perempuan yang gemar menulis

Kau seharusnya bersyukur

Karena seburuk apapun sikapmu

Akan tetap ia abadikan namamu

Dalam setiap goresan pikirannya

Ya, kau akan abadi. 
Baginya kau abadi.

Mencintai perempuan yang gemar menulis

Kau harus (setidaknya) rajin membaca

Karena seringkali, diamnya adalah alat
 untuk ia tuangkan dalam tulisan khidmat

Dari sana kau tahu

Bahwa sesungguhnya ia gemar berkata

Hanya saja, bukan lewat bibir indahnya.

Mencintai perempuan yang gemar menulis

Kau harus berhati-hati

Karena bila kau membuatnya sakit hati

Kau akan terkejut

Betapa tulisannya lebih dari sekedar mengiris nurani

Ia bisa membuatmu sekejap ‘mati’

Mencintai perempuan yang gemar menulis

Kau harus menghargai setiap tetes tintanya

Karena selain buah pikir, itu juga adalah separuh hidupnya,

: seperti juga kau, yang dicintainya.

Minggu, 19 April 2015

Tujuh Baris Dalam Diam yang Baik Milik Seseorang

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang tersenyum getir menahan debar jantungnya agar tidak gegabah, sebab rindu memporakporandakan harinya yang seharusnya berlangsung menyenangkan. Ia berharap waktu berjalan cepat, kecuali saat menggenggam tanganmu.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang menjaga irama langkahnya agar tak menyerah memahamimu, memperbaikimu, dan menguatkanmu sambil berharap tak pernah dihampiri keinginan untuk menyerah.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang membayangkan hidup dalam satu atap bersamamu. Bangun ketika kau masih sibuk menikmati mimpi, lalu ia bergegas mandi, menyiapkan sarapan, dan mengecup keningmu dengan hati-hati agar kau terjaga dengan bibir tersenyum.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang tak kenal lelah memantaskan diri agar kau tak malu bersanding di sampingnya, pula supaya kedua orang tuamu percaya menitipkan hidupmu dengannya. Pagi hingga sore hari ia habiskan untuk mencari alat tukar kebutuhan. Malamnya telah ia tetapkan untuk menghadap Tuhan.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang bersahabat baik sejadah. Ia duduk tenang dan menyerahkan apa yang ia tidak punya, memintal doa beserta amin dalam luruh air matanya yang luhur hingga subuh tiba.

Dalam diam yang baik, ada seseorang yang berharap besar ialah satu-satunya orang yang menjadi pemilik hatimu, selamanya.

Dalam diam yang baik, seseorang itu memiliki keinginan sederhana; selalu membuatmu bahagia karena menemukan separuh dirinya dalam dirimu.

Rabu, 15 April 2015

Sebentar, ada yang perlu ku beri tahu..

Begini, hatiku sudah tak lagi cantik.

Beberapa kali ia jatuh di tangan yang salah. Mereka tak menjaganya dengan baik. Ada beberapa goresan di sana sini. Warnanya juga tak lagi merah segar. Ada banyak sisi yang tampak biru lebam. Ada yang pernah memegangnya dengan ceroboh.

Diam saja walaupun hatiku terhentak dengan keras, hingga memarnya mustahil hilang tanpa bekas. Ia juga beberapa kali patah. Ada yang dengan sengaja membantingnya hingga terbelah jadi dua. Yang ini membuatku hampir kehabisan darah.

Tunggu dulu, itu bukan yang paling parah. Karena ada yang dengan wajah dingin, menginjaknya hingga hancur tak berbentuk. Aku tak lagi merasakan air asin yang meleleh hingga sudut bibir saat memunguti pecahannya. Aku memang berhasil menyatukan potongan-potongannya kembali. Jangan tanya berapa lamanya. Aku dengan sengaja tak menghitung hari, aku tak ingin gila. Bentuknya tak lagi sempurna, tapi sudah tak kutemukan lagi sisa pecahannya. 
Mungkin tak terlihat karena terlalu kecil, atau bisa saja masih tersangkut di sepatunya. Aku tak tahu.

Aku tak memaksamu untuk paham. Dengan kondisi seberantakan ini, aku tak sepeka dulu dalam menangkap rasa.

Aku tak bisa secepat dulu mengartikan emosi. Ini cinta, atau hanya kagum semata. Ini rindu, atau sekedar ingin bercumbu. Aku kesulitan membedakan. Kondisinya tak memungkinkan untuk jatuh cinta secepat itu.

Sebelum memutuskan untuk tinggal, pikirkan baik-baik.